Secara tidak langsung, klub sepak bola akan mendukung produktivitas sektor ekonomi lain yang ada di suatu kota karena mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kondisi sosial-budaya kehidupan masyarakat melalui efek berganda (multiplier fffect). Hal ini akan menciptakan kesempatan kerja dan usaha. Oleh karena itu, keberadaan klub yang baik dapat mendorong terciptanya stabilitas berbagai aspek dalam masyarakat guna menunjang laju pembangunan daerah di mana klub itu berada.
Untuk itulah maka pemerintah daerah maupun perusahaan-perusahaan skala besar sepatutnya berkomitmen untuk mengutamakan pembiayaan klub sepak bola profesional melalui aturan yang berlaku tanpa melanggar rambu-rambu yang ada. Mengingat, peran dan kontribusi klub profesional terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat besar.
Dengan demikian keraguan berbagai pihak terhadap penilaian klub sepak bola akan menguras APBD dan membuang dana tidak selamanya benar. Ada nilai tambah investasi yang akan diperoleh sebuah kota yang memiliki klub profesional. Kontribusi inilah yang diberikan oleh klub manakala dia dibiayai pemerintah daerah. Take and give berlaku di sini.
Tentu langkah ke arah ini akan dilakukan. Bontang FC akan mengikat kontrak pemain potensial dalam jangka panjang. Tidak seperti saat ini hanya per musim. Akibatnya klub tidak memiliki keuntungan terhadap kepemilikan pemain. Selesai kompetisi, pemain bersangkutan bebas memilih klub lain. Akibat dari model seperti ini (kontrak per musim) menyebabkan prestasi klub tidak stabil. Jika tahun kemarin juara maka tahun berikutnya anjlok ke papan bawah. Hal ini terjadi karena komposisi formasi tim berubah-ubah sehingga perlu adaptasi kembali.
Akhirnya kita semua tetap harus bangga dengan sepak bola Indonesia. Di tengah krisis keuangan yang mendera hampir sebagian klub profesional, semangat untuk memutar kompetisi dan menghibur masyarakat pecandu bola tetap mereka laksanakan. Acungan jempol kepada setiap kepala daerah yang berani membantu bola lewat APBD-nya. Uang APBD hakikatnya uang rakyat dan jika dipersembahkan kembali kepada masyarakat lewat tontonan bola tentu tidaklah salah. Kami yakin bahwa kondisi yang belum sehat ini akan dapat dicarikan solusinya oleh masing-masing klub agar mereka tetap bisa eksis.
Sebagai contoh Inggris sendiri, dulu juga merugi dalam mengelola klub dan kompetisi. Tetapi setelah era Premier League dimainkan, toh saat ini mereka memperoleh untung besar. Penyelenggara untung dan klub untung. Karena segala potensi dapat ditumbuhkembangkan meliputi sponsorship, hak tayang televisi, penjualan tiket, penjualan merchandise, penjualan saham kepemilikan klub dan lain sebagainya.
Demikian pendapat kami. Maju terus klub sepak bola Kaltim, seperti Persiba Balikpapan, Persisam Putra Samarinda, Bontang FC, dan Mitra Kukar. Kalian harus tetap eksis untuk mengisi pembangunan di Kaltim.
Oleh: Agung Masuprianggono
(Sekretaris Umum Bontang FC) - Kaltimpost)