"Selamat Datang di Weblog .::KPI Fans club::. | Mari bersama Dukung Bontang Fc …!!! Kalau bukan kita siapa lagi...| Dan Terima Kasih Atas atas kunjungan anda

Jumat, 22 Januari 2010

Hormati Orang tua, Enggan Disebut Hattori Kenji Adachihara, Idola Baru Bontangmania

Mencetak 6 gol dalam tiga pertandingan, membuat Kenji Adachihara menjadi idola baru Bontang FC. Sempat dipanggil Hattori, striker asal Jepang ini ternyata enggan mendapat julukan apapun, karena nama yang diberikan orang tuanya dinilai lebih bermakna.





BONTANG FC berhasil keluar dari masa-masa sulit. Aldo Baretto, striker yang didatangkan dari PSM Makassar awal musim lalu memang berhasil menjawab ekspektasi tinggi publik Kota Taman. Tapi ia sendirian. Kemampuannya dinilai tidak sebanding dengan kompatriotnya di Laskar Khatulistiwa khususnya dalam urusan menjebol jala lawan.

Tapi pelan-pelan Aldo mendapat rekan yang kemampuannya bisa dikatakan setara. Kenji Adachihara, membuktikan nilai besar yang dibayarkan manajemen Bontang FC kepadanya, tidak sia-sia. Kontribusi besar mengantar kemenangan 6-1 atas Persiwa Wamena dengan hatricknya, mempertegas keadaan Bontang FC tidak hanya menggantungkan urusan penyelesaian akhir pada Aldo Baretto.

Striker yang lahir di Kanagawa, Jepang pada 8 November 1984 ini baru menginjakkan kaki di Indonesia pada September tahun lalu. Tawaran kontrak bermain di Bontang FC yang dianggap lebih besar dari apa yang diterimanya dari Albirex Nigata, klub peserta S League, Singapura.

Anak pasangan Nabuko dan Yasuo Kazuhiro ini pun menandatangani kontrak semusim dengan opsi perpanjangan di musim berikutnya dari Bontang FC. Meski ia merahasiakan nilai kontraknya, tapi informasi yang didapat Kaltim Post dari sumber terpercaya di klub tersebut, jumlahnya mendekati angka Rp 1 miliar. Nilai yang cukup menggiurkannya terbang ke pesisir timur Kalimantan. “Selain untuk menambah pengalaman di sepakbola, saya kesini juga karena money (uang,Red.),” ucap Kenji.

Sebelum berlabuh di Stadion Mulawarman, ia pernah bergabung dengann Ryuto Keizai University di tahun 2004 hingga 2006. Setahun kemudian pemain dengan tinggi badan 175 cm dan berat 66 kg ini, bergabung dengan tim professional Jepang Viancone Fukusima. Di sini Kenji berhasil menyumbangkan 24 gol.

Namanya semakin cemerlang ketika ia ditarik oleh kesebelasan Japan Soccer Courage di Tahun 2008. Awal 2009, Kenji memilih bergabung dengan Albirex Nigata di Liga Singapura.

Rasa ingin tahu yang besar akan sepak bola Indonesia juga menjadi alasan mengapa ia memilih Bontang FC. Suporter fanatik Liverpool ini awalnya hanya sesekali mendengar berita tentang sepak bola Indonesia. Namun setelah menyelaminya, ia memiliki dua penilaian akan kompetisi di negeri ini.

Ada nilai plus yang ditunjukkan sepak bola Indonesia, salah satunya pemain muda menujukkan dedikasi tinggi untuk kemajuan sepak bola. Namun itu kurang diimbangi dengan sistem pembinaan yang baik.

Ia mencontohkan soal pemberian sanksi kepada pemain. Di Singapura pemain yang mendapatkan 4 kartu kuning baru mendapat sanksi larangan bertanding. Dan mendapat tambahan denda kala mengantongi 9 kartu kuning. Dendanya mencapai 100 Dolar Singapura. Meski ia juga menganggap pemberian sanksi seperti ini bisa memberikan efek jera yang lebih besar.

Hal yang membuatnya kaget ketika main di Indonesia adalah kepemimpinan wasit. Ia tetap menganggap Indonesia memiliki wasit bagus, tapi banyak yang tidak fair. Terutama saat ia bermain di kandang lawan. “Ya begitulah wasit,” ujarnya.

Hal yang cukup menarik ternyata saat ia mendapat julukan dari suporter Bontangmania, dengan nama Hattori. Nama tersebut sempat diteriakkan pendukung Bontang FC kala ia mencetak dua gol ke gawang Persipura. Tapi menurutnya nama Hattori terlalu lucu dan membuatnya enggan menyandang julukan itu. “Nama Kenji pemberian orang tua saya. Saya lebih suka dipanggil nama saya Kenji,” ucap Kenji menyatakan alasan lain keengganannya menyandang gelar Hattori.
 ( sumber : kaltim post,Janif Zulfikar,Bontang)